Udah hampir sebulan ini saya memonitor berita-berita tentang lingkungan hidup, bagian dari daftar pekerjaan saya di salah satu organisasi nonprofit, WWF. Hutan makin gundul, pohon-pohon jati dibakar warga untuk lahan pertanian, gajah di Sumatera mati sia-sia demi gading dan tulang, hiu diambil siripnya hidup-hidup lalu dibuang lagi ke laut bukan cuma gosip, fakta lapangan. Alih fungsi lahan hutan lindung dan konservasi menjadi industri, sampah meluap dari gunung hingga laut, cadangan minyak makin tipis bukan cuma headline di koran, fakta lapangan. Dari politisi hingga akademisi semua sibuk cari duit.
serakah bikin negara jd begini. pdhl duit jg ga dibawa mati. — @fannyff
Sekali waktu saya pernah ikut pertemuan besar WWF Jakarta, semua bagian mulai dari palm oil, pulp and paper hingga wilayah kelautan dan perikanan dibahas. Ternyata perusakan alam ini tehubung satu sama lain. Contoh, bank yang kita gunakan dan kita pikir baik-baik saja pun menaruh uangnya di perusahaan-perusahaan perkayuan dan kelapa sawit yang tidak sustainable dan merusak lingkungan. Nah loh.
Oke kita ga bisa serta merta kemudian ga pake minyak sawit dan segala olahannya, ga pake kertas buat nulis, lalu kabur ke goa. Ya paling ga mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil. Lalu sebarkan ke keluarga, teman-teman terdekat, orang-orang sekitar. Coba minimalisasi sampah yang kita hasilkan. Kantong plastik, bungkus makanan minuman, filter rokok, sampai gadget, baju, sepatu, juga tas. Yang suka jalan-jalan ke alam, gunung atau pantai, semua sampah di bawa pulang lagi. Sekecil sobekan bungkus permen atau tisu. Oh, sebisa mungkin jangan beli/pakai kemasan styrofoam karena ga bisa terurai. Sayangnya sekarang makin banyak kemasan makanan menggunakan styrofoam. 😦
Yuk, kalian yang sayang pada negeri ini lebih dari diri kalian sendiri, jangan berhenti untuk berbuat lebih banyak lagi! 🙂
Iya nob. Kerja di WWF berhadapan dengan data-data di lapangan seperti itu bikin sedih emang. Tapi gw juga jadi terpacu untuk bisa berbuat lebih untuk lingkungan. Gw mau anak-anak dan orang-orang di sekitar gw kelak bisa memiliki value yang sama dengan gw dan bisa berbuat lebih banyak dari gw. — Laras, salah satu teman saya di kampus, di Suara Mahasiswa, dan sekarang di kantor.